Tulisan
ini masih berkaitan dengan tulisan tentang Nabi Sulaiman sebelumnya.
Kisah nabi Sulaiman memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri Saba’
ke negeri Palestina yang berjarak 2.000 km dalam hitungan detik
memancing pemikiran kta untuk mengetahui bagaimana teknik pemindahan
singgasana tersebut.
Seperti tercantum dalam Al Qur’an Surat An Naml:
38.
Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu
sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka
datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."
39.
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang
kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari
tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi
dapat dipercaya."
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip."
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia."
Keterangan
[1097]. Al Kitab di sini maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Dari
pembesar-pembesar anak buah Nabi Sulaiman baik dari kalangan jin dan
manusia diberi tantangan untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis. Jin
Ifrit menyanggupi memindahkan dengan waktu sebelum Nabi Sulaiman
berdiri. Tetapi kemampuan jin Ifrit itu dipatahkan oleh seorang yang
berilmu (ilmuwan) bernama Asif bin Barkhiya dengan menyanggupi
memindahkan singgasana yang letaknya 2.000 km dari Palestina sebelum
mata berkedip!
Sekali
mata manusia berkedip dalam hitungan detik sedang Asif bin Barkhiya
menyanggupi sebelum mata berkedip atau kurang dari satu detik! Kecepatan
itu hanya mampu ditandingi oleh kecepatan cahaya. Ini adalah petunjuk
penting bahwa pemindahan singgasana ratu Balqis menggunakan teknologi
yang sangat maju disebut teleportasi. Teknologi pemindahan materi jarak
jauh.
Dari
kecepatannya dapat dipastikan teknologi tersebut lebih cepat dari jin
Ifrit. Satu-satunya yang mungkin yaitu teknologi dengan memanfaatkan
cahaya atau sinar sebagai media untuk teleportasi tersebut. Bisa saja
teleportasi dengan sinar laser sudah ada di jaman tersebut sehingga
urusan memindahkan singgasana dalam hitungan detik pun hal yang mudah.
Kalau ada yang membantah dan mengatakan itu adalah sihir maka di dalam Al Qur’an pun sudah dibantah. Lihat Surat Al Baqarah ayat 102:
102. Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77]
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan
Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu
apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan isterinya[79]. Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali
dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan
sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
Keterangan:
[77].
Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi
Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan daripada iman kepada Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW beberapa kali tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya: "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita." Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW ialah tentang sihir. Dan mereka berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil-'Aliah.)
[78]. Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat.
[79]. Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi berkata: "Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan Sulaiman (Nabi) digolongkan pada kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 102) yang menegaskan bahwa kaum Yahudi lebih mempercayai syaitan daripada iman kepada Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syahr bin Hausyab.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi bertanya kepada Nabi SAW beberapa kali tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya: "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita." Di antara masalah yang ditanyakan kepada Nabi SAW ialah tentang sihir. Dan mereka berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 102) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abil-'Aliah.)
Asif
bin Barkhiya merupakan ilmuwan yang menguasai teknologi teleportasi,
bukan ilmu sihir karena sihir selalu menggunakan jin. Sedangkan jin
Ifrit yang merupakan jin cerdik pun tidak bisa mengalahkan teknologi
itu. Teknologi tinggi bagi orang yang tidak menguasai pun laksana sihir.
Seperti di jaman sekarang pun teknologi masih sangat menakjubkan bagi
orang awam yang tidak tahu cara kerjanya. Kesimpulannya yaitu teknologi
teleportasi sudah dikuasai ilmuwan di jaman Nabi Sulaiman. Tantangan
bagi manusia jaman kini untuk kembali menguasasi teknologi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar